Bagaimana
gerak derap langkah kaki Anda ketika melewati anak tangga masjid? Mungkin Anda
akan melangkahkan salah satu kaki Anda ke anak tangga pertama. Kemudian disusul
langkah kaki selanjutnya dengan posisi menginjak anak tangga kedua.
Hal
itu lumrah dan umum dilakukan. Tetapi, berbeda dengan Kiai Turaihan Kudus. Kiai
yang terkenal akan sifat ihtiyath, kehati-hatian dalam segala hal
ini, sangat memperhatikan sekali langkah kakinya ketika memasuki area masjid.
Di mana pun ia berada.
"Mbah
Kiai Turaihan Kudus itu kalau melewati anak tangga masjid, ketika masuk, maka
ia langkahkan kaki kanannya menuju anak tangga yang pertama, kemudian ia
melangkahkan kaki kirinya dengan menyejajarkan kaki kiri di anak tangga yang
pertama," tutur KH Muhammad Shofi Al-Mubarok, Pengasuh Pesantren Sirojuth
Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan di sela sela pengajian kitab bersama para
santri.
Ya,
betapa kehati-hatian Kiai Turaihan Kudus tercermin dalam penuturan tersebut.
Jadi ia tidak serta merta hanya mengawali langkah kakinya menapaki anak tangga
dengan kaki kanan di awalnya saja. Melainkan dalam setiap derap kakinya meniti
anak tangga itu, selalu dia awali dengan kaki kanan dan kemudian ia akhiri
dengan menyejajarkan kaki kirinya di anak tangga yang telah dipijak kaki kanan.
Sang
kiai begitu sabarnya meniti anak tangga satu per satu dengan kaki kanan sebagai
awalan dan ditutup dengan kaki kiri. Begitu seterusnya hingga ia mencapai atas,
puncak dari anak tangga tersebut.
Dan
lebih hebatnya lagi, kiai asal kudus tersebut tidak hanya melakukan ritual
tersebut saat memasuki masjid. Melainkan ia juga mengulangi cara tersebut
ketika pulang dengan metode yang berkebalikan. Dalam artian, langkah pertama
kaki kiri, kemudian turun ke anak tangga yang sama dengan menutupnya menggunakan
kaki kanan. Subhanallah.
Betapa
Kiai Turaihan begitu memiliki perhatian yang sangat mendalam. Hingga hal
terkecil seperti melangkahkan kaki ke masjid pun, sangat ia perhatikan. Lalu,
bagaimana dengan kita, meski kita tahu bahwa hal tersebut sunah. Sudahkah kita
mengamalkannya? Wallahu a'lam. (Ulin Nuha Karim)