Sejak dulu selalu
dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya
dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan
berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan
jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode itu.
Ada beberapa jawaban untuk
itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa
Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti,
penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang
diartikan sebuah “cara”. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang
tinggi sehmgga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek
kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan
memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam
pembelajaran dalam bentuk-bentuk :
1. Pemanfaatan Waktu
Luang
Pemanfaatan waktu luang
di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukanya kegiatan belajar aktif, dengan
cara menyusun rencana belajar, memilah bahan untuk dipelajari, dan menilai
penguasaan bahan sendiri. Jika pemanfaman waktu tersebut dilakukan secara
saksama dan berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang
keberhasilan belajar di sekolah.
2. Pembelajaran
Individual
Pembelajaran individual
adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu
tiap siswa, seperti: minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru
dapat mempersiapkan / merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang
pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif
belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar dilakukan dalam
bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan, minat bakat
yang sama.
3. Belajar Kelompok
Belajar kelompok
memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik pelaksanaannya dapat dalam bentuk
kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan
diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-msing anggota dapat
mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban, keritik dan sebagainya.
Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi satu dengan yang lainya.
4. Bertanya Jawab
Kegiatan tanya jawab
antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok siswa
dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa
belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan
timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru
bertindak sebagai pengatur lalulintas atau distributor, dan dianggap perlu guru
melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban
tersebut.
5. Belajar
Inquiry/Discovery (Belajar Mandiri)
Dalam strategi belajar
ini siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah.
Dia sendiri merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini,
keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya
mengarah membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan inquirynya. Strategi dan kemampun inquiry ini, akan diuraikan lebih
lanjut dalam pembahasan mengenai keterampilan proses sebagai bagian dari CBSA.
6. Pengajaran Unit
Strategi pengajaran ini
berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada tahap-tahap kegiatan
belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yakni: tahap pendahuluan dimana
siswa melakukan orientasi dan perencanaan awal; tahap pengembangan dimana siswa
melakukan kegiatan mencari sendin informasi selanjumya menggunakan informasi
itu dalam kegiatan praktik, tahap kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami
kegiatan penilaian, pembuatan laporan dan tindak lanjut. Berdasarkan beberapa
contoh strategi pembelajaran tersebut di atas, maka semakin jelas tentang bagai
mana penerapan pendekatan CBSA tersebut dalam proses pembelajaran. kendatipun
dengan kadar yang berbeda-beda.
Penerapan CBSA di
Indonesia
Setelah melihat
penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa belum semua system pendidikan di
indonesia sesuai dengan kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA). Meskipun
kurikulum dan metode belajarnya sudah menjadi metode belajar di indonesia saat
ini, namun kenyataannya masih belum berjalan dengan lancar. Para murid kita
masih sangat ketergantungan pada guru. Tanpa perubahan perilaku guru dalam
mengajar, Sedangkan pergantian kurikulum adalah hal yang wajar terjadi karena
kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman. Pada praktiknya bayak guru
kehilangan fungsi tugasnya. Guru mengalami kesulitan untuk mengaktifkan murid
dalam belajar. Murid tidak biasa belajar aktif. Mereka hanya bisa belajar jika
ada guru. Itupun aktifitas belajarnya hanya melihat dan mendengarkan guru
berceramah. Murid tidak pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Murid
hanya bisa diam dan tersenyum. Budaya diam dan malu berbicara di muka umum
adalah faktor mengapa mereka hanya melihat dan mendengar dalam belajar. Guru
akhirnya mengalami kebingungan untuk mengaktifkan muridnya dalam belajar. Sementara
tuntutan kurikulum, siswa harus aktif dalam belajar. Oleh sebab itu, penerapan
CBSA harus dimulai sejak dini, dari usia pra sekolah anak harus didik untuk
berani dan aktif, dalam sekolah dasar anak sudah mulia di didik dengan metode
CBSA, dengan kata lain, pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan secara
mendetail, bukan hanya menyalurkan dan memperbesar anggaran APBN. Apabila anak
sudah dibiasakan dengan system CBSA sejak dini, dengan sendirinya anak akan
tarus berkembang dengan baik dan dapat menggali potensinya semaksimal mungkin,
tak ada ketergantungan terhadap guru, dan memiliki rasa kreatif, inovatif dan
mandiri. Untuk memperoleh pendidikan yang seperti ini di indonesia tidaklah
mudah, karena bisa kita lihat sendiri system pembelajaran di indonesia. Namun
masih bisa diperbaiki sedikit demi sedikit asalkan ada keterlibatan dan
kesadaran dari orang tua, guru, sekolah dan penerintah.
Kelebihan dan Kelemahan
CBSA
Kelebihan CBSA, yaitu:
1. Lebih efektif karena
siswa tidak harus menunggu-nunggu penjelasan yang terperinci dari guru.
2. Siswa akan lebih
mengerti dan paham pada materi karena belajar siswa terlibat secara langsung
dalam mengobservasi, berpikir, dan bereksperimen.
3. Siswa terlibat secara
psikologis dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan psikologis itu berarti
pembangkit motivasi anak untuk belajar.
4. Siswa mampu untuk
mencari penyelesaian suatu masalah baik secara individu maupun bekerjasama
dengan kawan-kawan sekelasnya.
5. Siswa diberi peluang
untuk membentuk keterampilan, kemampuan berpikir, dan kreativitas.
Adapun kelemahan dari
CBSA, yaitu:
1. CBSA masih sulit
dilaksanakan, karena tidak semua siswa aktif dan dapat berkembang sendiri tanpa
bantuan guru, dan telah terbiasa siswa hanya mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru.
2. Kurang optimalnya
siswa dalam proses belajar mengajar sehingga menyebabkan proses belajar
mengajar tidak lancar.
3. Ketidaksiapan
intelektual anak akan terjadi apabila bimbingan guru tidak sesuai sehingga
menyebabkan rusaknya struktur kognitif anak tersebut.
4. Dapat menjadi palsu
jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat
5. Dapat didominasi oleh
seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
Pengertian Keterampilan
Proses dan Kaitannya dengan CBSA
Pembicaraan tentang
proses ada baiknya diawali dengan filsafat sains. Filsafat sains banyak menaruh
perhatian tentang bagaimana cara saintis memahami segala sesuatu yang berkaitan
dengan gejala alam. Seorang ahli filsafat dan ahli fisika mengatakan “Sikap fisikawan
tidak boleh tidak, haruslah murni empirisme”. Data empirik yang diperoleh dari
pengamatan itulah yang akhirnya digunakan untuk menghakimi segala teori yang
dicetuskansaintis.
Proses dapat
didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan
dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat
diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan
melakukan penelitian. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar
dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,
termasuk kreativitas.
Keterampilan Proses
merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun
psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau
teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto,
2008:72).
Menurut Mulyasa
(2007:99), Pendekatan dalam keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran
yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar
untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.
Kemampuan-kemampun fisik
dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana
dan perlu dirangsang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan itu sendiri menjadi roda
penggerak dan penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan
pengembangan sikap dan nilai. Seluruh gerak atau tindakan dalan proses belajar
mengajar akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif (Conny Se a 1990).
Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa
berupaya menemukan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang
telah dikembangkan ini berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya.
Interaksi antara kemampuan dan konsep melalui proses balajar mengajar
selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa misalnya kreativitas,
kritis, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah.
Pendapat yang senada
diungkapkan oleh Gagne yang merumuskan pengertian keterampilan proses dalam
bidang ilmu pengetahuan alam (sains): pengetahuan tentang konsep-konsep dari
prinsip-prinsip yang dapat diperoleh siswa bila dia memilhi kemampum-kemampuan
dasar tertentu, yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk
menggunakan sains. Keterampilan-keterampilan dalam bidang sains itu meliputi:
mengamati, menggolongkan, berkomunikasi, mengukur, mengenal dengan menggunakan
hubungan ruang/waktu, menarik kesimpulan menyusun definisi operasional, mengendalikan
variabel. menafsirkan data, dan bereksperimen. Berdasarkan konsep pemikiran di
atas maka pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai pendekatan dalam
perencanaan pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas.
siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki
ketingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajamya. Hal ini
menunjukkan, bahwa ketempilan proses erat kaitannya dengan CBSA.
Dalam pendekatan
keterampilan proses, tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta
didik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua peserta didik dapat
berkembang secara optimal. Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan
proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Keaktifan peserta
didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin
dicapai.
2. Keaktifan peserta
didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang
dimilikinya.
3. Suasana kelas dapat
mendorong atau mengurangi aktivitas peseta didik. Suasana kelas harus dikelola
agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.
4. Dalam kegiatan
pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan
dan motivasi untuk mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
untuk mendorong aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran
antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karya
wisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.