ngamal jariyah

مدرسة علي معصوم الثانوية
التابعة لمؤسسة الشيخ علي معصوم
كرابياك يوغياكرتا إندونيسيا


 Ngamal Jariyah 

 Agawe tumindak kang tetep lumaku 




Artikel utama :



Pendekatan CBSA dalam Pembelajaran


Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode itu.

Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang diartikan sebuah “cara”. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehmgga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk-bentuk :

1. Pemanfaatan Waktu Luang
Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukanya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilah bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan sendiri. Jika pemanfaman waktu tersebut dilakukan secara saksama dan berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di sekolah.
2. Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti: minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan / merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan, minat bakat yang sama.
3. Belajar Kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban, keritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi satu dengan yang lainya.
4. Bertanya Jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalulintas atau distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.
5. Belajar Inquiry/Discovery (Belajar Mandiri)
Dalam strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarah membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inquirynya. Strategi dan kemampun inquiry ini, akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan mengenai keterampilan proses sebagai bagian dari CBSA.
6. Pengajaran Unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada tahap-tahap kegiatan belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yakni: tahap pendahuluan dimana siswa melakukan orientasi dan perencanaan awal; tahap pengembangan dimana siswa melakukan kegiatan mencari sendin informasi selanjumya menggunakan informasi itu dalam kegiatan praktik, tahap kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan laporan dan tindak lanjut. Berdasarkan beberapa contoh strategi pembelajaran tersebut di atas, maka semakin jelas tentang bagai mana penerapan pendekatan CBSA tersebut dalam proses pembelajaran. kendatipun dengan kadar yang berbeda-beda.

Penerapan CBSA di Indonesia
Setelah melihat penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa belum semua system pendidikan di indonesia sesuai dengan kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA). Meskipun kurikulum dan metode belajarnya sudah menjadi metode belajar di indonesia saat ini, namun kenyataannya masih belum berjalan dengan lancar. Para murid kita masih sangat ketergantungan pada guru. Tanpa perubahan perilaku guru dalam mengajar, Sedangkan pergantian kurikulum adalah hal yang wajar terjadi karena kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman. Pada praktiknya bayak guru kehilangan fungsi tugasnya. Guru mengalami kesulitan untuk mengaktifkan murid dalam belajar. Murid tidak biasa belajar aktif. Mereka hanya bisa belajar jika ada guru. Itupun aktifitas belajarnya hanya melihat dan mendengarkan guru berceramah. Murid tidak pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Murid hanya bisa diam dan tersenyum. Budaya diam dan malu berbicara di muka umum adalah faktor mengapa mereka hanya melihat dan mendengar dalam belajar. Guru akhirnya mengalami kebingungan untuk mengaktifkan muridnya dalam belajar. Sementara tuntutan kurikulum, siswa harus aktif dalam belajar. Oleh sebab itu, penerapan CBSA harus dimulai sejak dini, dari usia pra sekolah anak harus didik untuk berani dan aktif, dalam sekolah dasar anak sudah mulia di didik dengan metode CBSA, dengan kata lain, pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan secara mendetail, bukan hanya menyalurkan dan memperbesar anggaran APBN. Apabila anak sudah dibiasakan dengan system CBSA sejak dini, dengan sendirinya anak akan tarus berkembang dengan baik dan dapat menggali potensinya semaksimal mungkin, tak ada ketergantungan terhadap guru, dan memiliki rasa kreatif, inovatif dan mandiri. Untuk memperoleh pendidikan yang seperti ini di indonesia tidaklah mudah, karena bisa kita lihat sendiri system pembelajaran di indonesia. Namun masih bisa diperbaiki sedikit demi sedikit asalkan ada keterlibatan dan kesadaran dari orang tua, guru, sekolah dan penerintah.

Kelebihan dan Kelemahan CBSA

Kelebihan CBSA, yaitu:
1. Lebih efektif karena siswa tidak harus menunggu-nunggu penjelasan yang terperinci dari guru.
2. Siswa akan lebih mengerti dan paham pada materi karena belajar siswa terlibat secara langsung dalam mengobservasi, berpikir, dan bereksperimen.
3. Siswa terlibat secara psikologis dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan psikologis itu berarti pembangkit motivasi anak untuk belajar.
4. Siswa mampu untuk mencari penyelesaian suatu masalah baik secara individu maupun bekerjasama dengan kawan-kawan sekelasnya.
5. Siswa diberi peluang untuk membentuk keterampilan, kemampuan berpikir, dan kreativitas.

Adapun kelemahan dari CBSA, yaitu:
1. CBSA masih sulit dilaksanakan, karena tidak semua siswa aktif dan dapat berkembang sendiri tanpa bantuan guru, dan telah terbiasa siswa hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
2. Kurang optimalnya siswa dalam proses belajar mengajar sehingga menyebabkan proses belajar mengajar tidak lancar.
3. Ketidaksiapan intelektual anak akan terjadi apabila bimbingan guru tidak sesuai sehingga menyebabkan rusaknya struktur kognitif anak tersebut.
4. Dapat menjadi palsu jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat
5. Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.

Pengertian Keterampilan Proses dan Kaitannya dengan CBSA
Pembicaraan tentang proses ada baiknya diawali dengan filsafat sains. Filsafat sains banyak menaruh perhatian tentang bagaimana cara saintis memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan gejala alam. Seorang ahli filsafat dan ahli fisika mengatakan “Sikap fisikawan tidak boleh tidak, haruslah murni empirisme”. Data empirik yang diperoleh dari pengamatan itulah yang akhirnya digunakan untuk menghakimi segala teori yang dicetuskansaintis.
Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.

Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2008:72).

Menurut Mulyasa (2007:99), Pendekatan dalam keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.

Kemampuan-kemampun fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan itu sendiri menjadi roda penggerak dan penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Seluruh gerak atau tindakan dalan proses belajar mengajar akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif (Conny Se a 1990). Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan ini berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan konsep melalui proses balajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah.

Pendapat yang senada diungkapkan oleh Gagne yang merumuskan pengertian keterampilan proses dalam bidang ilmu pengetahuan alam (sains): pengetahuan tentang konsep-konsep dari prinsip-prinsip yang dapat diperoleh siswa bila dia memilhi kemampum-kemampuan dasar tertentu, yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk menggunakan sains. Keterampilan-keterampilan dalam bidang sains itu meliputi: mengamati, menggolongkan, berkomunikasi, mengukur, mengenal dengan menggunakan hubungan ruang/waktu, menarik kesimpulan menyusun definisi operasional, mengendalikan variabel. menafsirkan data, dan bereksperimen. Berdasarkan konsep pemikiran di atas maka pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai pendekatan dalam perencanaan pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas. siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ketingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajamya. Hal ini menunjukkan, bahwa ketempilan proses erat kaitannya dengan CBSA.
Dalam pendekatan keterampilan proses, tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal. Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.
3. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peseta didik. Suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.
4. Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.