Model Pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu efektivitas pembelajaran. Guru yang bijaksana seyogyanya memilih model pembelajaran yang sekiranya efektif untuk diterapkan di kelas.
Tulisan kali ini menguraikan 45 contoh model pembelajaran yang
dapat Anda jadikan rujukan. Mengingat banyak sekali contoh yang diuraikan,
mungkin saja pada saat membaca tulisan ini, semua contoh belum terselesaikan.
Halaman ini lebih layak disebut sebagai halaman daftar isi karena tulisan
selengkapnya dapat Anda baca melalui link atau tautan. Dengan
demikian, untuk melihat tulisan lengkap dari masing-masing model pembelajaran,
maka disarankan untuk melakukan klik pada tautannya.
Berikut adalah 45 macam dan jenis model pembelajaran beserta
penjelasan lengkapnya:
1. Art Spiral
Model ini mendorong siswa untuk melakukan refleksi dan komunikasi atas pikiran, gagasan, dan perasaan mereka pada permasalahan tertentu dengan cara yang kreatif.
2. Back to Back
Mendorong siswa untuk bekerjasama dan mengembangkan kejelasan dalam komunikasi dan observasi atau pengamatan. Model pembelajaran ini juga mendorong keterampilan suara aktif. Ia dapat dengan mudah ditransfer ke berbagai jenis area pembelajaran.
3. CAF atau Consider All Factors
Model ini mendorong siswa untuk berfikir mengenai semua faktor terkait pada
saat membuat sebuah keputusan atau dalam mempertimbangkan sebuah gagasan. Ini
adalah alat yang berguna sebelum memutuskan atau merencanakan sebuah tindakan
tertentu.
4. Card Ranking
Ini mendorong siswa untuk memprioritaskan gagasan atau ide dan informasi
untuk kemudian membuat sebuah diskusi untuk menentukan beragam pilihan.
5. Carousel
Secara literal atau definisi per kamus, carousel bermakna
komidi putar. Model ini memacu aktivitas pengumpulan pemikiran yang
menghasilkan sebuah daftar ringkas yang memuat pemikiran dan tanggapan siswa
mengenai topik tertentu. Siswa dikondisikan untuk membuat kelompok kecil dimana
mereka dapat menyampaikan ide atau gagasan atau membuat saran terkait dengan
permasalahan yang sedang dihadapi. Masing-masing kelompok mempunyai kesempatan
untuk menilai gagasan dari kelompok lain dan menggunakannya sebagai dasar dalam
membentuk tanggapannya sendiri terhadap pertanyaan tertentu.
6. Clustering
Model pembelajaran ini dapat menjadi alat yang berguna untuk mentransfer informasi faktual di antara para siswa dan mendorong mereka untk mencari hubungan dan kaitan antarpernyataan, antarfakta, dan atau pernyataan dengan fakta.
7. Collage
Melibatkan kegiatan kinestetis dimana para siswa diminta untuk menunjukkan pandangannya terhadap sebuah permasalahan atau konsep dalam bentuk visual yang kreatif. Ini mendorong mereka para siswa tidak hanya dalam hal berkomunikasi secara efektif, namun juga untuk mengembangkan keterampilan dalam menafsirkan hasil kerja atau karya siswa yang lain.
8. Conscience Alley
Merupakan strategi bermain peran yang mendorong para siswa untuk memperoleh sinopsis atau gambaran singkat terhadap semua permasalahan yang berkaitan dengan topik tertentu. Model pembelajaran ini lebih unggul daripada permainan peran standar karena ia dapat dijalankan secara lebih cepat. Siswa yang mengalami hambatan usia dan kemampuan fisik serta psikis dalam model ini akan lebih terbantu karena mereka tidak harus terlibat dalam menjalankan peran lebih lama. Mereka juga tidak harus mengetahui banyak informasi mengenai permasalahan karena kartu peran mereka akan dengan mudahnya menyatakan siapa mereka dan apa yang mereka rasakan tentang skenario peran yang sedang didiskusikan.
9. Consequence Wheel
Model ini mendorong para siswa untuk berpikir mengenai konsekuensi atau
akibat langsung dan tidak langsung dari sebuah kejadian atau kegiatan. Para
siswa memetakan akibat dengan cara visual.
10. Constructing Walls
Mendorong siswa untuk mempertimbangkan tentang apa saja yang relevan ketika
mempertimbangkan pertanyaan kunci. Model ini secara berurutan meminta para
siswa untuk memprioritaskan gagasan dan informasi terhadap pertanyaan dan
mendiskusikan pertimbangan-pertimbangan terhadap pilihan mereka.
11. Creative Matrix
Mendorong para siswa untuk berpikir secara kreatif mengenai urutan
skenario, pilihan, ide atau gagasan, dan kejadian. Model pembelajaran ini
merangsang keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah serta
memeri ruang bagi siswa untuk melihat permasalahan dari sudut pandang yang
baru. Para siswa tergabung dalam kelompok untuk menggali alternatif-alternatif
dan menyusun serta membangun ide atau gagasan secara kreatif berdasarkan ide
siswa atau kelompok lain.
12. Dartboard Evaluation
Dartboard secara literal atau makna per kamus berarti papan berbentuk bundar yang
berisi sekumpulan sasaran atau target. Model ini lebih berorientasi pada
teknik evaluasi. Ini merupakan cara yang cepat dalam rangka memperoleh umpan
balik terhadap kegiatan atau kejadian. Model ini merupakan model nonverbal dan
tidak melibatkan tulis-menulis.
13. Diamond Ranking
Merupakan kegiatan dalam kelompok kecil dengan tujuan untuk memprioritaskan
gagasan dan informasi. Model ini mendorong para siswa untuk mempertimbangkan
dan mengekspresikan penilaian mereka dalam hal menempatkan satu permasalahan
menjadi lebih penting daripada permasalahan yang lain.
14. Dot Voting
Merupakan teknik evaluasi yang berguna untuk memperoleh pemrioritasan gagasan atau pilihan secara cepat.
15. Teknik Drama
Menggunakan teknik drama sebagai alat pembelajaran. Model ini lazim
digunakan untuk memulai penggalian eksplisit terhadap topik atau masalah secara
lebih mendalam.
16. Each One Teach One
Model ini merupakan cara alternatif untuk mentransfer sejumlah besar
informasi di antara para siswa. Alih-alih guru menerangkan, para siswa membagi
informasi yang terpilih yang relevan terhadap topik terhadap siswa-siswa yang
lain.
17. Fact or Opinion
Model ini bertumpu pada kegiatan berupa pemberian pertanyaan kepada siswa
mengenai apakah sesuatu itu merupakan fakta atau pendapat. Dasar pemikiran dari
model pembelajaran ini adalah bahwa pembedaan antara fakta dan opini merupakan
hal yang sangat penting mengingat perkembangan masyarakat menjadi masyarakat
yang lebih rumit dan majemuk. Dengan demikian, diperlukan sebuah keterampilan
untuk membedakan antara fakta dengan opini. Model ini mendorong para siswa
untuk mempertimbangkan dan menggali pengetahuan secara lebih mendalam. Para
siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan sudut pandang atau pendirian
mereka. Model ini akan lebih efektif ketika guru mengadakan sesi tanya jawab
setelah para siswa menyampaikan sudut pandang mereka.
18. Fishbone Strategy
Model ini menggunakan efek tertentu untuk memulai persoalan. Model ini mendorong siswa untuk mempertimbangkan apa saja yang menjadi penyebab dari efek tertentu yang dimaksud. Mereka juga kemudian membuat daftar mengenai apa saja penyebab dari efek tertentu yang dimaksud. Secara lebih ringkas, guru memberikan gambaran mengenai persoalan atau permasalahan tertentu dan para siswa diminta untuk memberikan alternatif dari penyebab-penyebab terjadinya permasalahan tersebut.
19. Fist-to-Five
Model pembelajaran ini merupakan kegiatan sederhana yang mendorong para siswa untuk menentukan sampai seberapa yakin mereka merasa yakin terhadap apa yang mereka rasakan mengenai apa yang telah mereka capai dari akhir pelajaran atau sesi. Model ini juga digunakan oleh para siswa sebagai sarana untuk mengekspresikan sampai seberapa yakin mereka mengenai apa yang mereka ketahui terhadap tanggapan atau respons atas suatu pertanyaan yang baru dilontarkan kepada mereka oleh guru. Model ini kemudian juga berguna sebagai penilaian cepat terhadap seberapa baik sebuah kelas atau kelompok memahami sebuah persoalan atau topik.
20. Five Questions
Merupakan kegiatan yang berorientasi pada pemgumpulan informasi yang dapat mendorong siswa untuk menggali permasalahan secara lebih mendalam atau merinci permasalahan ke dalam subtema permasalhan yang lebih rinci. Model ini juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk membongkar atau merinci permasalahan yang rumit. Dengan demikian, ini menuntun pada penggalian kemungkinan yang mendorong para siswa untuk membuat perencanaan tindakan dan penetapan target atau sasaran.
21. Freeze Frame
Merupakan aktivitas fisik yang dapat menjadi sarana untuk mendorong para siswa untuk terlibat dalam diskusi mengenai topik atau permasalahan tertentu. Para siswa diminta untuk mengambil posisi seolah-olah mereka sedang memperagakan sesuatu hal yang penting namun pemeragaan tersebut adalah dalam posisi statis atau diam. Dengan demikian, ini cocok dengan namanya yaitu 'freeze frame' atau bingkai beku.
22. Giant Steps
Merupakan kegiatan yang berguna untuk menggali pendapat dan emosi yang beragam sebagai tanggapan atau terkait dengan sebuah permasalahan. Model ini juga berguna sebagai sarana untuk memulai topik tertentu dan mengukur minat siswa dan pemahaman dasar dari sebuah permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan.
23. Graffiti Board
Secara literal atau definisi per kamus, graffiti bermakna tulisan atau gambar yang berada di tempat publik yang tidak diperkenankan. Board berarti papan. Jika diterjemahkan secara bebas, graffiti board bermakna papan atau tempat untuk menuangkan gambar atau tulisan. Dalam konteks model pembelajaran, ia adalah model yang mendorong para siswa untuk mencatat atau menuangkan gagasan, perasaan, atau saran pada topik tertentu.
24. Hassle Lines
Hassle bermakna perkelahian atau percekcokan. Guru membagi para siswa ke dalam
kelompok. Masing-masing kelompok diberikan peran tertentu yang berseberangan
dengan kelompok lain. Guru kemudian 'mengadu' kelompok yang bertentangan
tersebut sesuai dengan skenario yang dirancang. Dengan 'mengadu' para siswa
dengan peran yang berseberangan, maka guru dapat melakukan evaluasi secara
mendalam terhadap sudut pandang para siswa pada topik atau tema tertentu sesuai
dengan peran mereka.
25. Hot Air Balloon
Hot air balloon kita kenal sebagai balon terbang berisi orang yang
sering kita lihat di televisi. Analogi balon terbang ini kemudian diaplikasikan
pada model pembelajaran dengan cara membuat pertanyaan mengenai siapa yang akan
diangkut, apa yang diperlukan supaya misi terbang sukses, apa saja hambatan
ketika melakukan misi terbang dengan balon, bagaimana balon dapat terbang
secara lebih cepat, dan apa saja faktor yang menyebabkan balon meletus. Dengan
melakukan analogi balon terbang tersebut, para siswa didorong untuk melakukan
perencanaan. Perencanaan tersebut kemudian dikonfrontasikan dengan perencanaan
siswa lain dan mereka bersama-sama menggali konsekuensi dari perencanaan mereka
secara menyeluruh. Harapannya adalah bahwa para siswa mampu memiliki pendekatan
terstruktur terhadap persiapan dan perencanaan atas suatu program atau
tindakan.
26. Hot Seating
Sesuai dengan namanya yang berarti kursi panas, model pembelajaran ini
mendorong keberanian siswa untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, atau saran
pada saat ia memerankan tokoh tertentu sesuai yang diskenariokan.
Aktivitas hot seating diatur sedemikian rupa sehingga
ada seorang siswa yang duduk di 'kursi panas' dan dikelilingi oleh siswa lain
di kelas. Siswa yang duduk di kursi panas tersebut memerankan peran tertentu
dan siswa yang lain bertanya mengenai hal-hal tertentu terkait peran siswa yang
duduk di 'kursi panas' tersebut.
Sebagai contoh, siswa yang duduk di kursi panas diberi peran sebagai
Pangeran Diponegoro. Siswa lain yang berkerumun membentuk lingkaran di sekitar
siswa tersebut kemudian bertanya, misalnya, mengenai apa yang dipikirkan
'Pangeran Diponegoro' terhadap kekuasaan penjajah Belanda. Pertanyaan tersebut
kemudian memunculkan gagasan bagi siswa yang duduk di kursi panas tersebut.
27. Ideas Funnel
Ideas Funnel diartikan secara literal sebagai corong gagasan. Model ini melibatkan proses menghasilkan kemungkinan gagasan dan pilihan secara lebih menyeluruh. Ia mendorong para siswa untuk memberikan argumentasi pembelaan terhadap pilihan mereka dan melakukan negosiasi dengan rekan siswa dalam kelompok maupun di luar kelompok. Dengan melakukan negosiasi, para siswa diharapkan memperoleh deal atau kesepakatan terhadap pemrioritasan dalam jangka waktu yang ditentukan.
Dalam model pembelajaran ini, para siswa diminta untuk membentuk kelompok
yang terdiri atas lima atau anggota kelompok. Setelah kelompok terbentuk, para
siswa diminta untuk berbagi peran. Peran yang mungkin bisa dibagi adalah juru
tulis, pencatat waktu, fasilitator, dan penyaji. Masing-masing anggota kelompok
kemudian melakukan diskusi dan menghasilkan gagasan terkait dengan topik yang
telah ditentukan oleh guru atau fasilitator. Gagasan kemudian dicatat dalam
selembar kertas. Kelompok tersebut kemudian memprioritaskan gagasan-gagasan
mereka dengan cara memilih lima gagasan yang dipikir paling relevan. Penyaji
dari kelompok tersebut kemudian mempresentasikan hasil diskusi dengan rekan
kelompok mereka di muka kelas.
28. Jeopardy
Model ini dapat memacu kreativitas para siswa dalam memberikan pertanyaan terhadap jawaban yang telah ditentukan sebelumnya terhadap topik tertentu. Dengan model seperti ini, siswa yang lebih kreatif dapat memberikan pertanyaan yang lebih berbobot.
29. Jigsaw
Jigsaw secara literal diartikan sebagai gergaji ukir. Dalam perkembangannya, jigsaw kemudian dikenal sebagai salah satu bentuk puzzle atau teka-teki. Teka-teki jigsaw yang paling sering kita temui adalah pada alat permainan anak yang meminta pemainnya untuk menggabungkan kepingan-kepingan sehingga membentuk sebuah figur atau gambar sesuai dengan rancangan pembuatnya.
Model pembelajaran ini menggunakan analogi teka-teki jigsaw untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Inti dari model jigsaw sendiri
adalah menggabungkan beberapa kepingan ide untuk digabungkan menjadi satu
sesuai dengan topik atau permasalahan tertentu.
30. Just A Minute
Just A minute berarti sebentar. Pemilihan istilah ini didasarkan pada kesempatan yang diberikan kepada para siswa untuk mengekspresikan pemahamannya di muka kelas mengenai topik tertentu yang telah ditentukan. Model ini mendorong siswa dalam hal mempertajam keterampilan mendengar.
Model ini sebenarnya mirip dengan Hot Seating. Perbedaan
pentingnya terletak pada durasi waktu yang diberikan kepada siswa yang ditunjuk
untuk duduk di kursi panas.
31. KWL (Know-Want to Know-Learned)
Secara sederhana, model ini berusaha untuk menggali pengetahuan siswa pada topik tertentu. Yang menjadi menarik, model pembelajaran ini meminta siswa untuk menuliskan apa yang belum diketahuinya terhadap topik tertentu. Sebagai contoh, jika topiknya membahas Pulau Jawa, para siswa diminta untuk menuliskan apa saja yang mereka ketahui mengenai Pulau Jawa. Setelah menuliskan apa yang mereka ketahui tentang Pulau Jawa tersebut, siswa juga diminta untuk menuliskan hal-hal yang belum mereka ketahui tentangnya. Guru atau fasilitator kemudian memberikan penjelasan tentang Pulau Jawa secara semenyeluruh mungkin. Setelah mendapatkan penjelasan dari guru atau fasilitator, siswa kemudian menuliskan jawaban tentang apa yang tidak mereka ketahui. Jadi arah dari model ini adalah, pemahaman awal siswa -> apa yang belum dipahami atau diketahui siswa -> siswa menuliskan kembali pemahamannya tentang apa yang belum mereka pahami atau kuasai setelah mendapatkan penjelasan dari guru atau fasilitator.
32. Lifelines
Model ini menggunakan kertas yang nantinya diisi oleh para siswa dengan pengalaman hidup mereka sejak mereka dilahirkan yang sesuai dengan topik yang dibahas. Aktivitas ini membantu siswa untuk merefleksikan pengalaman hidup mereka sendiri serta membandingkannya dengan pengalaman hidup siswa yang lain.
33. Memory Games
Model pembelajaran jenis ini membutuhkan dan mengembangkan keterampilan berpikir, kerjasama, dan mengelola informasi. Kegiatan yang dilakukan di kelas adalah dengan meminta para siswa untuk membentuk kelompok. Setiap kelompok idealnya terdiri atas tiga sampai dengan empat anggota. Guru atau fasilitator memberikan tiga atau empat kertas yang sama yang berisi informasi mengenai topik tertentu. Setiap anggota kelompok kemudian maju untuk menghafalkan atau merekam informasi yang ada dalam kertas untuk kemudian disajikan di dalam kelompoknya dan kemudian dibandingkan dengan informasi asli yang disediakan oleh fasilitator. Durasi menghafal disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama mengenai tingkat kesulitan dari informasi yang hendak dihafalkan.
34. Mind Maps
Sesuai dengan namanya, Mind Maps atau peta pikiran mendorong siswa untuk membuat semacam pemetaan terhadap konsep pada topik tertentu. Siswa diminta untuk menuliskan tentang topik utama yang tengah dibahas di bagian tengah kertas. Siswa kemudian diminta untuk membuat semacam percabangan dari subtopik. Percabangan tersebut haruslah buah pemikiran yang relevan dengan topik utama. Cara seperti ini kemudian membentuk analogi semacam pohon-cabang-ranting. Pohon adalah topik utama. Cabang adalah subtopik atau subkonsep yang berkaitan dengan topik utama. Ranting adalah bagian dari subtopik atau subkonsep yang berhubungan dengan subtopik atau subkonsep tersebut.
35. Simulation
Merupakan model yang mendorong para siswa untuk terlibat dalam diskusi mengenai permasalahan tertentu dan berbagi informasi berdasarkannya. Para siswa diajak secara langsung untuk menyaksikan peristiwa yang dirancang sesuai dengan topik atau permasalahan tertentu. Peristiwa atau kejadian tersebut harus terstruktur dan sistematis, seperti rapat parlemen, sidang di pengadilan, dan peristiwa atau kejadian lain yang relevan sesuai dengan topik tertentu yang dibahas. Dengan melihat peristiwa secara langsung, para siswa dapat dilihat sikap dan pendapat mereka berdasarkan kejadian yang disaksikannya. Dengan melihat peristiwa secara langsung, guru atau fasilitator juga mendorong mereka untuk berempati.
36. Snowballing
Snowballing berarti bola salju. Bola salju seperti yang kita bayangkan mempunyai efek pada ukuran bola salju yang semakin membesar ketika ia terus menggelinding. Analogi bola salju tersebut diaplikasikan pada model pembelajaran dimana para siswa menyebarkan informasi sesuai dengan topik yang relevan pada satu rekan lain dan penyebar informasi bersama rekan yang lain kemudian membawa informasi tersebut pada kalangan murid lain dengan jumlah yang lebih besar. Model ini berguna untuk mencapai konsensus antarsiswa dan mengurangi siswa yang vokal atau aktif di kelas untuk dapat lebih berkompromi pada suara mayoritas guna mencapai konsensus atau kesepakatan.
37. Spectrum Debate
Melibatkan aktivitas perdebatan antara dua kubu siswa yang pro dan kontra terhadap topik tertentu. Guru atau fasilitator memberikan umpan berupa pernyataan yang berpotensi menimbulkan pro dan kontra. Siswa yang pro dan kontra kemudian dibuatkan ruang imajiner atau spektrum dimana ruang bayangan tersebut dibagi menjadi dua kubu; yang pro dan kontra. Siswa kemudian memberikan argumentasi untuk mempertahankan sikapnya.
38. Stick Debate
Stick Debate merupakan model dengan teknik debat. Setiap siswa diberi tiga stik yang juga merupakan jatah bagi frekuensi siswa tersebut mengeluarkan pendapat. Ketika stik habis, siswa tidak boleh mengeluarkan pendapatnya lagi. Model ini mendorong siswa untuk menggunakan hak bicaranya secara efektif karena jumlah hak berpendapatnya dibatasi dengan jumlah stik.
39. SWOT
Konsep SWOT sudah sangat terkenal. Tidak hanya di dunia bisnis saja, namun
di berbagai bidang termasuk pendidikan. Dalam dunia pendidikan, konsep ini
diterapkan sebagai salah satu bentuk model pembelajaran untuk membentuk daya
analitis para siswa dengan mempertimbangkan faktor kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat).
40. Tableau
Nama dari model ini berasal dari ungkapan 'tableau vivant' yang bermakna gambar hidup. Sesuai dengan namanya, guru atau fasilitator meminta para siswa untuk memperagakan sesuatu dengan posisi diam. Sebagai contoh, ketika guru atau fasilitator meminta salah satu siswa untuk memperagakan Pangeran Diponegoro, mungkin saja siswa tersebut mengambil posisi diam atau pose dengan memalingkan kepala ke kanan dan tangan kanan di atas seolah-olah sedang memegang keris.
41. Talking Heads
Contoh model pembelajaran jenis ini memberikan siswa kesempatan
untuk mengekspresikan gagasan atau perasaaannya kepada siswa lain tanpa
diinterupsi pada saat siswa tersebut memegang objek tertentu. Objek tertentu
inilah yang dinamai talking head. Ia bisa berupa boneka atau objek mainan
menyenangkan lainnya yang ramah anak. Dengan diberi kesempatan untuk tidak
diinterupsi, baik oleh guru atau murid yang lain, diharapkan siswa dapat
menjadi lebih ekspresif. Model ini juga mendorong siswa lain untuk lebih
mempunyai keterampilan mendengar dan juga melatih kesabaran.
42. Think, Pair and Share
Jenis model pembelajaran ini secara mudah dapat dijelaskan sesuai makna katanya, yaitu: berpikir, berpasangan, dan kemudian membagi. Guru atau fasilitator menerangkan konsep untuk topik tertentu. Siswa kemudian diberi kesempatan untuk berpikir tentang konsep yang telah diterangkan. Setelah berfikir, mereka kemudian mendiskusikan hasil pemahaman mereka terhadap salah satu rekannya. Pada tahap ini, mereka berpasangan (pair) dengan rekannya. Setelah diskusi berpasangan, para siswa kemudian bergabung ke kelompok yang lebih besar (bisa empat sampai enam orang) untuk membagikan dan mendiskusikan hasil pemikiran mereka pada kelompok yang lebih besar tersebut.
43. STAD
Macam-macam model pembelajaran sejauh ini sudah dibahas dan ini merupakan salah satu yang paling dikenali oleh para guru di Indonesia. STAD merupakan singkatan dari student team achievement development. Ini merupakan sebuah strategi kolaboratif atau strategi yang mengandalkan kerjasama antarsiswa. Siswa diminta untuk membentuk kelompok. Guru atau fasilitator kemudian menerangkan konsep atau topik tertentu. Setelahnya, para siswa kemudian berdiskusi secara kelompok untuk memastikan bahwa mereka telah memahami apa yang telah disampaikan oleh guru atau fasilitator.
44. Problem Based Learning
Problem based learning berarti pembelajaran berbasis masalah. Model ini memungkinkan siswa untuk melakukan pendataan masalah berdasarkan topik tertentu yang dibahas. Setelah melakukan pendataan masalah, siswa kemudian mencari pemecahan masalah berdasarkan apa yang mereka ketahui.
45. Numbered Heads Together
Secara umum diterjemahkan sebagai kepala bernomor terstruktur. Model ini memberikan peluang bagi para siswa untuk bekerjasama dalam kelompok. Guru atau fasilitator membagi para siswa ke dalam kelompok yang biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima siswa. Masing-masing siswa diberi nomor unik sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok mempunyai nomor unik atau nomor identifikasi yang berbeda. Guru atau fasilitator kemudian membahas materi dan memberikan empat atau lima pertanyaan kepada para siswa. Siswa kemudian berdiskusi dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan guru tersebut. Setelah berdiskusi, guru atau fasilitator kemudian menunjuk beberapa siswa dari beberapa kelompok dengan nomor yang sama untuk maju dan menjawab persoalan. Setelah mempresentasikan jawaban, guru kemudian menunjuk siswa dengan nomor yang sama untuk menanggapi jawaban yang diberikan.
Demikian sekilas pembahasan mengenai contoh-contoh, jenis-jenis,
macam-macam model pembelajaran untuk referensi Anda. Semoga menambah wawasan.
Terima kasih telah membaca postingan ini.
Salam sukses selalu!